Sabtu, 12 Mei 2012

Bosan ini akankah membunuhku
Bagaimana mengusir kebosanan ini
Aku membenci waktu saat seperti ini
Dia sekan ikut menggonggongku dari belakang
Pun menit waktu jam berkompromi memusuhiku
Tidak ada yang dapat membantuku
Kini yang dapat aku lakukan adalah menanti
Menanti waktu berdetak
Menanti waktu menghantarku pada petang
Dan aku bebas dari peraturan yang membelenggu
Terbebas dari kungkungan keadaan
Waktu cepatlah berlalu
Aku tidak ingin kau menantiku
Pergi...pergi
Tinggalkan aku sendiri kali ini
Cukup hari ini saja
Aku menanti petang
Malam menjelang
Bintang bertaburan
Dan kamu akan datang dengan alunan suaramu

TENTANG RASA EMBUN


Adakah yang mau menjadi kekasih gelap?Tentu tak semua orang mau dan mampu menjalaninya. Ini bukan persoalan tentang dosa, ini persoalan tentang rasa. Rasa yang terlalu kuat bersemayam dalam hati. Tertanam begitu dalam di sudut gelap hatinya.Tak mudah untuk mencabutnya atau sekadar memotongnya. Adalah hati yang menjadi pengendali hidupnya.Mengalahkan logika dan akal sehat.
Bukan salah dia mencintainya dalam diam. Sudah lebih dari 10 tahun, ia memendam cinta itu. Cinta yang tidak terucap rasanya begitu sakit. Dan cinta yang terlalu lama dipendam rasanya begitu menyesakkan hingga bernafaspun sulit. Bukan salah dia kalau akhirnya cintanya bersambut.
Embun begitu ia disapa, tidak mau tau model cinta manapun. Yang ia tahu dan dia rasakan adalah mencintai dengan tulus tanpa mengharapkan imbalan. Ini adalah kisah cinta yang suci, melebihi kesucian seorang gadis. Dia menjalani kisah cinta ini walau banyak orang mencercanya. Ia tetap asyik masyuk dengan pujaan hatinya. Tak pernah sekalipun ia marah atau dongkol karena selalu menjadi second chooise.Menjadi tempat berlindung ketika sudah tidak ada tempat lain yang disinggahi. Bukankah itu adalah jalan hidup yang buruk?tetapi Embun dengan ikhlas menjalani kehidupan seperti itu.
Adalah Daun tempat Embun bergantung. Daun bukan siapa-siapa. Daun adalah manusia biasa, yang hidup dan bernafas sesuai takdir Tuhan. Embun mencintai Daun bukan karena biasanya Daun sebagai manusia. Embun mencintai Daun ketika mengirimkan getar aneh pada awal perkenalan mereka. Dan sejak itu Embun memegang rasa itu. Embun tahu ia tidak boleh memelihara rasa, ketika logika dan akal sehat tidak di tempatnya. Tapi ia bersikeras rasalah yang menjadi pemenang dalam hatinya. Bagi Embun Daun adalah tempat paling nyaman didunia. Embun akan berselimut mesra dengan Daun pada pagi hati ketika fajar masih bergelayut pada malam dan matahari belum mengusirnya pergi.
Berbicara tentang Matahari mengingatkan Embun akan sosok pria yang rupawan, begitu digila wanita dan superior. Kata-katanya tidak terbantahkan karena dialah sang penguasa bumi. Sosok seperti ini yang tidak disukai Embun apalagi Matahari adalah penentang hubungan keras antara Embun dan Daun.
Hubungan darah yang mengalir antara Daun dan Matahari tak menyurutkan langkah Matahari untuk menghentikan kisah Embun dan Daun yang dianggap gila itu.
 “hentikan kegilanmu itu. berhentilah mengejar Daun. Dia sudah punya orang lain”bentaknya pada Embun pada suatu hari
“kenapa kamu mengurusi urusan kami. Ini hidupku. Hidup kami. Kami tidak membutuhkan penasehat dalam menjalani hubungan ini”Embun tak kalah sewotnya
“tapi kamu merusak hubungan orang lain”
“aku tidak merusak. Aku hanya mengisi kekosongan hidup Daun yang tidak bisa diisi oleh istrinya” “menjijikkan”Matahari bergedik tapi sorot mata tajamnya tidak pernah lepas memperhatikan Embun. Pandangan itu seakan menelanjanginya. “apa pedulimu sehingga kamu begitu sibuk mengurusi aku?”
“aku bukan mengurusimu tapi ingin menyelamatkan saudaraku dari pelacur seperti kamu”
Oh benarkah aku seperti pelacur yang merebut suami orang, batin Embun. Embun hanya ingin merasakan rasa ini. Rasa yang belum pernah Embun rasakan dalam hidupnya. Rasa dicintai dengan amat dalam oleh seseorang. Rasa diperhatikan hingga segala urusan kecilpun diurusi. Belum ada yang begitu memuja Embun seperti Daun memujanya. Daun menyanjung embun sedemikian rupa walau kadang kala tanggung jawab Daun pada yang pertama mengalahkan Embun sebagai pilihan kedua. Rasa itu tak pernah ia dapatkan bahkan dari keluarganya sekalipun.
 “kenapa kamu begitu jahat sama aku?”tiba-tiba Embun tertunduk. Bulir-bulir air matanya mulai berjatuhan tanpa sempat ia bendung lagi. Ia sudah tidak kuat lagi menantang Matahari. Tidak sanggup lagi melawan orang-orang yang mengucilkannya.
“menikahlah denganku”ucapan itu meluncur begitu saja dalam mulut Matahari. Bagai disambar petir Embun mendengar ucapannya. Kata-kata itu seperti lelucon yang diucapkan begitu saja untuk menyenangkan orang. Dianggap apa hidupnya selama ini. Parody dari suatu drama? Atau panggung sandiwara yang layak dipertontonkan? Embun ingin mempertahankan rasa itu. Matahari juga keukeuh dengan tekadnya. Tak akan membiarkan Embun berkasih masyuk dengan Daun. Daun tempat Embun bergantung dan meminta perlindungan tak dapat berbuat banyak. Istrinya mulai curiga dengan hubungannya dengan Embun. Daunpun meminta Embun tak menemuinya untuk sementara waktu untuk menjaga perasaan istrinya. Embun sangat syok mendengar permintaan itu. Dia tidak punya pegangan hidup lagi. Satu-satunya orang tempatnya bergantung kini tidak mengacuhkannya. Rasa yang salah memang tidak pernah lama bertahan. Sekuat apapun dia mempertahankannya. Bagai mempertahankan daun kering dalam genggaman. Semakin keras kita menggenggam daun kering itu akan remuk dan selanjutnya pergi bersama angin yang membawanya. Embun merasa Matahari telah memenangkan permainan dengannya. Walau sudah tahu Embun tidak lagi berhubungan dengan Daun, Matahari tetap menginginkannya menjadi istrinya. Agaknya dia tidak percaya dengan janji yang dibuat adik kandungnya maupun Embun. Hanya dengan pernikahan yang dapat mengikat Embun. Embun merasa Matahari hanya ingin membalas dendam padanya. Keinginan Matahari untuk menikahi Embun disambut baik oleh orang tua Embun. Embun dinikahkan dengan Matahari tak selang berapa lama. Sekarang Embun telah menjadi kakak ipar Daun. Mantan kekasihnya. Orang yang pertama kali mengajarkan rasa padanya. Oh bagaimana ia mengatur rasa ini. Sekarang yang berhak memiliki hati dan tubuhnya bukan lagi Daun tetapi Matahari. Matahari yang kini menjadi suaminya. Embun ingin belajar rasa dengan Matahari. Berkompromi dengan keadaan. Dapatkah rasa itu berpindah kepemilik hatinya yang syah???